29 July, 2011

Andi Taufan Garuda Putra



Andi Taufan Garuda Putra

Amartha Microfinance ( Founder and Chairman )
Never Been Better Cafe Kemang ( Owner )

Malam ini di Never Been Better kami, @Rac_JktGambir mengadakan meeting mingguan. Well....Kemang sangat terkenal dengat KEMACETAN. Jadwal meeting-pun mundur karena beberapa teman kami datang terlambat. Sambil menunggu teman-teman datang, Saya...Presiden Rusmin dan Raden memesan beberapa menu di cafe sang guest speaker...hmmmm ENAAKKKK !!!! Harga-nya pun terjangkau. Yang paling kita suka ada banana's ball.....nyuummm. Suasana cafe ini tenang..dingin..dan gaya arsitekturnya bener-bener back to nature banged...cozzyy abieezz !!. Ada wifi-nya juga, karyawannya ramah dan di sini ada 2 ruangan smooking and no smooking room. Hmm...... ga nyesel deh dateng ke sini kalau mau santai sambil ngupy-ngupy.
Ga lama setelah kita mengisi perut, datanglah Mas Taufan. Waaah masih muda banget, udah punya usaha sukses seperti ini. Ckckck....HEBATTT !!!

Meeting belum dimulai, teman-teman yang sedikit ada bocoran kalau mas Taufan pernah di IBM-pun memulai pembicaraan dengan sangat antusias....
Masuk sebagai konsultan di IBM Jakarta dan karena ada ketidaksepahaman disana, maka beliau berinisiatif membuat usaha sendiri Micro Finance di Pedesaan Bogor. Melihat keadaan masyarakat di pedesaan sana yang kurang, maka mas Taufandan kawan-kawan memberikan bantuan dan pelayanan sosial bisnis.

Awal dari kegiatannya, Taufan melihat ada desa di daerah pedalaman Bogor yang sangat memprihatinkan, desa itu terletak di sebuah desa yang berlokasi kurang dari 50 kilometer dari Ibu kota negara.Ternyata bukan hanya kondisi jalanan yang memprihatinkan, kemiskinan masyarakat di situ pun membuat hati miris. Di kawasan ini nuansa ketertinggalan mencakup area yang relatif luas dan terkait dengan sejumlah besar warga. Gerak kehidupan di sini terlihat timpang dibandingkan dengan di perumahan di sekitarnya. Rumah-rumah warga di kawasan ini kebanyakan terbuat dari bahan bilik bambu, berlantai tanah, dengan fasilitas sanitasi dan penerangan yang sangat tidak memadai, sementara warga perumahan yang berlokasi tak jauh dari sini, rata-rata bermobil.

Di tengah kondisi inilah Andi Taufan Garuda Putra (23) dan kawan-kawannya datang menawarkan solusi. Melalui koperasi yang mereka dirikan, Amartha Microfinance atau Koperasi Amartha Indonesia (KAI), Taufan mencoba membantu warga setempat untuk bangkit dari keterpurukan dan mendampingi mereka meningkatkan taraf kehidup­an.

Bersama teman-temannya, Taufan mengembangkan model pinjaman seperti Grameen Bank dengan memasukkan konsep pinjaman syariah. Ia membentuk kelompok perempuan beranggotakan 20 orang, kemudian memberi pinjaman Rp 500.000 dengan jangka waktu pengembalian 50 minggu. Selain itu, ia rutin menggelar pertemuan mingguan, di mana di setiap pertemuan anggota kelompok membayar cicilan pinjaman mereka dengan jumlah sekitar Rp 13.000.

Hingga kini Taufan telah berhasil membentuk lima kelompok perempuan dengan masing-masing anggota kelompok berjumlah 15-20 orang, di lima RT di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Apabila ada anggota yang kesulitan mengembalikan pinjaman, kelompok akan mengembalikan pinjaman dengan sistem tanggung renteng. Melalui kelompok ini, warga juga bersama-sama belajar menabung dan mengelola keuangan keluarga mereka yang serbaterbatas.

Dana Pribadi
Sepak terjang Taufan dan Amartha ini bisa dibilang relatif baru, namun keputus­annya untuk menekuni bidang ini patut diacungi jempol. Tidak banyak anak muda se­usianya yang memiliki ketertarikan dan pemikiran cukup mendalam terkait persoalan kemiskinan. Dengan langkah cukup berani, pada usianya yang tergolong muda, Taufan meninggalkan pekerjaan kantorannya dan merintis kope­rasi untuk membantu kalang­an miskin.

Menurut anak pertama dari dua bersaudara ini, ia memilih wilayah kerja Amartha di Bogor, karena penduduk di wilayah ini merupakan yang termiskin di Jawa Barat. Perlu riset panjang dan waktu sebulan lebih untuk menemukan Desa Cibeuteung Udik, Karihkil, dan Putatnutug di Kecamatan Ciseeng yang letaknya di pelosok, dan selama ini belum terjamah bantuan modal. Sementara itu, jumlah warga miskin di kawasan ini mencapai 20 persen dari jumlah penduduknya.

Menurut Taufan, kehidup­an masyarakat miskin ini bisa berubah ketika memiliki akses ke kapital. Taufan dan timnya berharap jumlah warga miskin yang akan dibantu melalui Amartha akan terus bertambah dari jumlah 100 orang yang sekarang ini mereka ta­ngani. Dengan demikian, dia dapat turut membantu me­ng­entaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan. Selama ini, warga miskin sulit mendapatkan akses modal karena kemiskinan dan ketertinggalan mereka. “Jangankan ke bank, membaca dan mengisi formulir sederhana saja mereka perlu kami bantu,” ujar Taufan














1 comment:

  1. Assalamu'alaikum,,,salam kenal,,,kita berencana ingin mengadakan baksos namun masih mencari lokasi,kalo utk daerah ciseeng daerah mana ya yg bisa dijadikan rekomendasi? Terima kasih

    ReplyDelete